Bell istirahat pun berbunyi, Nana dan Bibi keluar dari kelas. Mereka berdua berjalan di koridor kelas menuju kantin. Sesampainya di kantin, mereka berjumpa dengan ketiga sahabat lelaki nya Didi, Fefe dan Dada.
“Wey Da!” sapa Nana sambil melambaikan tangan nya kearah laki laki berambut mangkok.
“Wets.. Na!” Dada membalas sapaan sahabat perempuannya itu sambil menggeserkan badannya bermaksud memberikan tempat duduk untuk kedua perempuan yang baru datang itu. Dan dua anak perempuan itu pun duduk di sebelah Dada.
“Bi, kamu kemaren kemana?” Tanya Didi.
“Aku pergi les, Di sama Nana.” Jawab Bibi sambil merebut teh botol milik Fefe. Mereka pun ngobrol-ngobrol.
Sore harinya, mereka berlima ngumpul dirumah Didi, dan merencanakan liburan ke villa di Bali milik Bibi.
“Pokoknya jadi ya, Bi! Harus!” kata Didi semangat.
“Iya Bi, pantai nya kan bagus banget!” Nana ikutan.
“Iya pasti kok, aku udah bilang ayah sama ibu.” Bibi membalas.
“Asyiiiik....” Semua nya pun bersorak kesenangan.
Hari libur pun telah datang. Nana, Bibi, Didi, Dada dan Fefe sedang perjalanan menuju Bali. Di pesawat selama perjalanan mereka tampak sangat bahagia.
Sesampainya disana, Nana keberatan dengan bawaan nya yang cukup banyak dan berat.
“Na, sini aku bantu.” Tawar Didi dengan tersenyum dan mengarahkan tangan nya kesalah satu tas Nana.
“Oh iya Di, makasih ya.” Nana memberikan tas berwarna broken white ke Didi.
Akhir nya mereka sampai di Villa, mereka semua pun langsung menyerbu pantai. Semua nya berlari ke belakang vila. Dan tampak Nana dan Didi sibuk sendiri, ternyata mereka berdua membuat istana pasir.
“Yeay. Di, keren banget!!” Nana senang.
“Iya Na, sini deh, itu atas nya dikasih ini aja.” Didi meletakan bunga di atas istana pasir. Dan tampak istana itu sangatlah indah. Nana pun terlihat sangat senang.
“so sweet..” Nana bahagia, dan Didi pun tersenyum manis melihat sahabatnya itu tampak bahagia.
“wah.. kalian berdua kalau dilihat-lihat cocok juga ya..” tiba-tiba Fefe ikutan. Nana dan Didi pun terdiam.
“Apaan sih kamu Fee......” Nana berdiri dan mengejar Fefe.
“Iya Na, ampun Na. Becanda” Fefe sambil berlari. Dan mereka pun saling berlarian di pinggir pantai. Mereka berlima bergandengann tangan dan berdiri di pinggir pantai dan dihantam ombak-ombak kecil. Dan mereka berlima pun tampak bahagia.
Malam itu pukul 23.00 Nana dan Bibi masuk kamar dan Didi, Dada dan Fefe kekamarnya juga.
“Na, kamu ga tidur?” tanya Bibi yang melihat Nana sedang duduk di meja rias memandangi wajahnya di kaca.
“Eh iya Bi, kamu duluan aja.” Jawab Nana sambil menoleh ke Bibi.
“Oke, selamat malam Na. Aku capek banget.” Kata Bibi sambil menarik selimut. Tidak lama kemudian, Nana tiduran dan meletakan kedua tangannya di belakang kepalanya. Dan wajah nya terlihat sedang memikirkan sesuatu. Terlihat bingung, dan kadang dia memutarkan tubuh nya ke kanan dan ke kiri, iya tampak bingung. Tapi lama kelamaan akhirnya dia tertidur.
“NANA!!! BANGUNG!!!” Didi berteriak di depan wajah Nana. Nana pun setengah sadar membuka matanya. Nana pun terbangun karena suara teriakan Didi. “Bangun weey!” teriakan Didi yang nyaring keluar lagi dari mulutnya. Lalu Nana pun bangkit dari tempat tidurnya.
“Huaaah..” Nana melihat pemandangan pantai di pagi hari, iya melihat Dada sedang berlari dengan anjing, oh so sweet nya pikir Nana dalam hati. Sambil melihat Dada. Tiba tiba Fefe datang menghampiri Nana dan mereka berdua merencanakan untuk berbelanja dan mengajak teman-teman yang lain.
Sepanjang perjalanan belanja mereka semua tampak bahagia. Nana membeli sepasang sendal jepit manik-manik yang lucu. Fefe membeli kaos kaos Bali, dan mereka pun berhenti di sebuah cafe di pinggir pantai.
“Aku duduk disini.” Nana bahagia sambil menarik kursi yang berada di sebelah Didi. Nana pun tampak senang, dan mereka semua memesan pizza.
Tanpa terasa 4 hari di Bali pun berlalu, saat nya mereka pulang. Sesampai nya di Jakarta, ternyata Nana memendam suatu perasaan yang tidak ada seorang pun tau. Nana pun sebenarnya bingung dengan apa yang dia lakukan, apakah ini salah, atau kah ini benar. Hari hari nya di sekolah dan diluar sekolah yang ia habiskan dengan sahabat-sahabatnya menjadi hal yang tidak biasa baginya. Hari hari ku menjadi selalu spesial karena seseoarang. Pikir Nana selalu dalam hatinya. Sifat Nana pun rada beda, dia selalu berpihak pada seseorang. Selalu memuji, mencoba lebih akrab pada nya, dan beberapa orang curiga dengan kelakuan Nana yang beda sejak dari Bali. Nana pun selalu menyembunyikan perasaannya itu. Dia tak ingin ada yang tau kalau dia jatuh cinta pada seseorang sahabatnya.
Hari ini ulang tahun Fefe, mereka ber empat berencana membuat kejutan untuk Fefe. Di perjalanan Nana tersender di bahu Dada dan menulis kan sesuatu di hp nya.
“Da, baca deh..” Nana mengarahkan hp nya ke Dada.
“Ha? Siapa na?” tanya Dada sambil berbisik.
“hem.. siapa ya?” Nana tampak tersipu malu dan kembali mengetik di hp yang bertulisan ada disini bersama kita kok, Da. Tapi jangan bilang siapa-siapa ya. Janji. Cross your heart.
“Iya, Na. Siapa?” Dada kembali berbisik. Nana pun hanya tersenyum “Didi?” tanya Dada semakin kecil suara nya.
“Iya ngga yaaa???” Nana membesarkan suaranya dan mengetik di hpnya. Didi Harmadi. Dada hanya tersenyum.
“oh, keliatan banget kali Na” kata Dada bisik-bisik. Nana pun santai.
Dua minggu setelah itu, Fefe mengetahuin Nana suka sama Didi, Nana pun sejujurnya jadi bt. Karena awalnya ia tak ingin sahabatnya tau tentang itu.
“ini semua Dada ya yang ngasih tau?” tanya Nana.
“Engga kok Na, aku tau sendiri, keliatan banget kali” Fefe pun membatah. Nana hanya terdiam dan hal ini menjadi pikiran untuknya. Dia pun menjadi sadar, tak sebaiknya ia jatuh cinta pada sahabatnya sendiri, karena itu akan membuat persahabatan nya rusak. Nana pun berusaha untuk menghilangkan rasa itu, tetapi iya tak bisa. Setiap hari nya ia harus berjumpa dengan Didi, belum lagi mereka sering jalan. Dan entah kenapa Didi pun sikap nya juga menjadi berubah, tak seperti dulu yang ke Nana sangat perhatian dan baik. Didi menjadi semakin cuek walaupun terkadang masih mengeluarkan sikap perhatiannya. Nana pun menjadi curiga bahwa Didi mengetahui hal ini dan ingin menjauhi Nana.
“Didi...!” sapa Nana di pagi hari, Didi hanya mengangguk dan pergi dari meja kantin biasa mereka duduki. Nana melihat wajah Dada dan Fefe terdiam dan menunduk. “kenapa sih? Hello.. guys..” Nana bertanya kepada teman-temannya.
“Na, ga seharusnya kmu suka sama Didi!” Dada tampak kesal danpergi. Nana hanya terdiam.
Hari demi hari pun berlalu, yang Nana lakukan hanyalah menjauh dari teman-temannya. Dia pun sudah menyadari, bahwa tak seharusnya persahabatannya hancur karena jatuh cinta kepada sahabatnya. Mungkin udah takdir kali ya. Selama nya aku ngga jodoh sama dia. Nana pun mencoba tabah.
Saat disekolah Nana duduk di pojok kelas menyender di tembok.
“Na..” panggil Bibi. “kmu kenapa sih?”
“oh, ngga apa apa Bi.” Jawab Nana sambil tersenyum berusaha tegar. “Bi, maafkan aku ya. Emang aku ngga seharusnya kayak gini. Aku yang salah.”
“Yaampun Na. Itu semua bukan salah kamu. Didi pun juga tidak memperdulikan itu. Dia dari kemarin nanyain kamu. Tapi kamu nya hilang terus.” Bibi memberitahu.
“kamu serius?”
“Yaampun Na. Kamu kemana aja sih?” tiba-tiba Didi muncul. Nana kaget. Tiba-tiba Fefe dan Dada pun datang juga.
“Nana, aku kangen banget sama kamu.” Dada dengan senang.
Mereka semua pun berkumpul kembali, dan menjadi sahabat yang utuh seperti sebelumnya. Masalah perasaan Nana, Nana pun sudah menghilangkan itu, ia berfikir, sahabat itu selamanya, tetapi pacar bisa putus.
(ini tuh cerpen buat tugas bahasa indonesia, haha comment in dong)
Kamis, 10 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar